Semakin berkembangnya Industri 4.0, semakin bertumbuhnya pula ladang bisnis baru yang berkaitan dengan dunia digital. Hal ini pun berimbas pada dunia hiburan yang makin menunjukan minat pada perkembangan konten digital.
Menurut riset yang dilakukan oleh statista.com, pengguna internet dan media sosial didominasi oleh generasi muda di rentang usia Generasi Millennials dan Gen Z merupakan generasi yang paling banyak terkena derasnya arus konten digital ini. Dengan kemudahan mengakses internet, kini tak ada lagi tembok yang membatasi setiap individu untuk berekspresi, menunjukkan kebolehannya masing-masing lewat konten digital dan melalui berbagai platform digital.
Pertanyaannya, sebagai content creator, bagaimana caranya kita bisa standing out dan tetap menjadi pusat perhatian, di tengah maraknya konten digital yang semakin banyak menyerbu berbagai platform digital? Jika merujuk rilis yang dikeluarkan oleh YouTube Press, tiap menit ada total 300 jam video baru yang diunggah di YouTube, maka bagaimana caranya agar kita bisa tetap berjaya di puncak? Atau bagi para content creator yang baru saja menetas, bagaimana caranya agar kamu bisa merebut panggung dan mencuri atensi audiens?
#INHANDSTALK kali ini mengundang seorang konten kreator yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia konten digital. Samuel Kharis Setiawan, atau yang lebih akrab dipanggil dengan Sam ini akan berbagi tips mengenai serba-serbi konten digital, mulai dari proses brainstorming ide, sampai dengan proses eksekusi dan editing, sebelum akhirnya siap dan layak tayang di muka publik.
TAHAP 1: Brainstorming!
Coba bayangkan, di tengah derasnya pertukaran informasi, platform digital (baik media sosial ataupun YouTube) hadir layaknya televisi raksasa yang memiliki jutaan kanal. Kamu atau brand-mu ada di dalam pusaran tersebut. Bagaimana caranya kamu bisa stand-out, sehingga orang rela untuk meluangkan waktunya untuk memperhatikanmu?
Konten yang baik selalu dapat diukur dari ide cerita yang disajikan, dan didukung dengan penyajian visual yang memikat. Meski dua-duanya berkesinambungan, cobalah tanamkan untuk selalu membuat storytelling yang menarik, sehingga para audiens bisa merasa engage dan merasa simpati dengan konten yang kita buat, karena merasa konten tersebut sesuai dengan apa yang mereka alami.
Menurut Sam, ide yang menarik memerlukan kreativitas yang terkadang bisa datang di waktu-waktu yang tidak terduga. Namun, sebagai content creator kita tentunya tidak ingin ketinggalan. Waktu yang berputar tidak boleh disia-siakan hanya karena alasan ‘belum ada ide yang bagus banget buat konten’. Ada banyak hal yang dapat memantik ide kreatif.
Sam berpendapat, bahwa kita sering kali mengabaikan pengalaman kita sendiri, atau bahkan apa yang terjadi di sekeliling kita. Padahal, hal-hal yang terasa personal itu adalah bakal dari ide cerita yang menarik. Setidaknya, ada tiga hal yang bisa kamu aplikasikan dalam menemukan ide cerita sebuah konten:
– Cari referensi sebanyak-banyaknya.
Terkadang proses kreatif tidak bisa selalu didapat dalam ruangan. Artinya, sekali-sekali kamu perlu keluar, ke tempat-tempat favoritmu atau bahkan mengunjungi art exhibition untuk mencari inspirasi. Dari agenda jalan-jalan tersebut, kamu akan menemukan pengalaman baru, mendengar cerita baru, atau bahkan berkenalan dengan teman baru yang memiliki kisah inspiratif yang bisa dibagikan. Pengalaman-pengalaman tadilah yang tidak bisa kamu temukan jika kamu hanya berpaku pada layar gadget-mu, dan bekerja seharian di dalam ruangan.
Namun, jika tak punya waktu banyak dan harus menghabiskan waktu seharian di kantor, kamu bisa mengakalinya dengan mencari referensi via internet. Selain mencari referensi dan inspirasi di luar kantor, Sam juga sering mengandalkan berbagai platform digital seperti YouTube, Instagram, Pinterest atau bahkan Behance untuk mencari ide baru. Internet merupakan penemuan luar biasa di abad ini. Lewat internet, kamu bebas mengakses informasi yang tak terbatas. Jadi, jangan merasa kecil hanya karena kamu tidak punya waktu atau kesempatan untuk mencari inspirasi di luar ruangan. Tunjukkan kalau kamu bisa tetap menghasilkan ide hebat dengan bantuan internet!
– Sesuaikan dengan sumber daya yang kamu miliki.
Perihal kualitas gambar dan video memang bisa menaikkan level estetika dan kualitas kontenmu. Tapi mengutamakan sinematografi tanpa menyeimbangkannya dengan memberikan storyline yang menarik dan engaging dengan para audiens. Untuk itu, jika memang belum mampu membeli perangkat yang bagus, kamu tidak perlu memaksakan diri. Kamu bisa menggunakan kamera dan perangkat pendukung lain yang kamu punya. Atau kamu bisa menyewa kamera dengan kualitas bagus, agar gambar yang dihasilkan akan semakin baik pula. Saat ini ada banyak jasa yang menawarkan sewa kamera dengan harga bersaing. Nah, jangan ragu untuk gunakan kesempatan tersebut untuk belajar. Intinya, jangan sampai kita terjebak pada keterbatasan yang kita miliki. Baik secara skill maupun sumberdaya.
– Prinsip ATM adalah kunci!
ATM satu ini bukan Amati, Tiru dan Mencuri, apalagi Anjungan Tunai Mandiri, ya teman-teman. ATM adalah kepanjangan dari Amati, Tiru, Modifikasi. Sudah baca buku Steal Like An Artist karya Austin Kleon? Menurut sang penulis, pada dasarnya sebuah karya tidak ada yang benar-benar orisinil. Dan hal tersebut wajar adanya. Kita pasti sering terinspirasi oleh hasil karya oleh lain, lalu dengan cara dan style kita sendiri kita berusaha mengadopsi karya tersebut ke dalam karya yang kita hasilkan.
Yang paling terpenting dari prinsip ATM ini adalah bagian modifikasinya. Kamu boleh terinspirasi oleh karya orang lain, tapi jangan lantas menjiplak sama persis. Coba perhatikan ide besarnya, lalu cobalah cari apa yang bisa kamu terapkan di karyamu, setelah itu buat konsep versimu sendiri dari karya yang menginspirasi kamu tadi.
TAHAP 2: Eksekusi!
Jika sudah menyusun konsep, hal yang perlu kamu lakukan adalah buat idemu jadi nyata. Proses eksekusi biasanya meliputi tahap produksi dan post-production. Tahap produksi biasanya terdiri dari proses membuat skrip, menyusun storyboard, sampai pengambilan gambar dan video. Sedangkan proses post-production meliputi penyuntingan (editing) gambar dan video yang sebelumnya sudah di take di tahap produksi.
Jika sudah masuk dalam tahap ini, maka kamu akan berurusan dengan skill storytelling dan editing gambar dan/atau video. Kamu tidak harus menjadi expert hanya untuk mulai membuat konten. Kamu bisa mulai meski tidak punya skill sama sekali. Meski begitu, karena memulai dari nol, kamu juga harus punya keinginan untuk belajar skill storytelling dan editing gambar dan/atau video. Kamu juga pasti ingin kontenmu punya visual yang storyline yang menarik, kan?
Saat ini ada beragam software editing yang bisa kamu pelajari seperti halnya Photoshop, Illustrator, Premiere, Final Cut Pro, After Effects, dan masih banyak lainnya. Kamu pun juga bisa dengan mudah mempelajarinya dari berbagai tutorial gratis di YouTube.
TAHAP 3: Tunjukkan pada dunia dan evaluasi karyamu!
Jika sudah punya konsep dan sudah melewati tahap eksekusi, maka kini saatnya kamu menunjukkan karyamu di ruang publik. Ketika mendapat kritikan atau bahkan hujatan, kamu tidak perlu berkecil hati. Everyone starts small. Kamu baru mulai kok, jadi bukan masalah kalau karyamu tidak sempurna. Jadikanlah kritik tersebut sebagai motivasi untuk terus belajar dan mengoptimalkan skill kamu.
Evaluasi juga konten yang sudah kamu produksi. Lihat celah mana yang harus kamu perbaiki. Kalau bisa, berikan additional value atau sesuatu yang bisa orang lain petik sebagai pembelajaran. Evaluasi konten bisa membantumu memotivasi diri untuk terus belajar dan mengembangkan skill.
Sumber pendukung artikel:
https://wearesocial.com/blog/2019/01/digital-2019-global-internet-use-accelerates