Bisnis F&B (Food & Beverages) kini kian menjamur di Indonesia. Berdasarkan data dari Kemeterian Perindustrian (Kemenperin), nilai ekspor F&B nasional pada tahun 2017 mencapai US$11,5 miliar. Kenaikan ini juga didukung dengan adanya pertumbuhan sektor bisnis F&B sebesar 9,23%. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa sifat konsumtif masyarakat Indonesia berperan besar pada merebaknya bisnis F&B.
Dewasa ini, interaksi masyarakat lebih sering terjadi di media sosial. Oleh karenanya, media sosial punya peran penting dalam mengembangkan bisnis F&B. Social media juga punya peran fundamental dalam penyampaian campaign sebuah brand F&B, serta memberikan product knowledge kepada audiens.
Meski begitu, bagi pelaku F&B tidak bisa selamanya mengandalkan media sosial sebagai tumpuan utama. Dilansir dari wartaekonomi.com, strategi campaign di media sosial harus diimbangi dengan mengandalkan kualitas produk, rencana bisnis yang matang, dan konsistensi brand. Sedangkan media sosial hanya sebagai penyangga bisnis Anda, agar produk sebuah brand dapat dikenal secara luas. Meskipun kadang terlihat nyeleneh,
Media Sosial Adalah Wajah Sebuah Brand
Di era digital saat ini, media sosial tidak hanya dijadikan sebagai tools untuk menjalankan marketing campaign, tapi juga sebagai media untuk berinteraksi dengan para audiens dan customer. Beberapa brand bahkan menggunakan fitur komen ‘interaksi bersama audiens’ sebagai strategi marketing. Meskipun terlihat nyeleneh, namun strategi tersebut nyatanya berhasil. Audiens justru melihat bahwa strategi marketing yang seperti itu lebih menarik dan tidak kaku.
Strategi marketing yang berusaha mendobrak ‘norma’ marketing di media sosial, lantas menjadi identitas bagi sebuah brand. Kami merangkap beberapa brand yang kami anggap sebagai pendobrak norma tersebut. Harapannya, strategi marketing yang diadopsi oleh brand-brand besar berikut, dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku bisnis F&B, baik yang sedang menjalankan maupun yang sedang membangun bisnisnya.
Campaign ‘Nyeleneh’ Wendy’s di Media Sosial
Strategi marketing Wendy’s ini berawal dari platform media sosial Twitter. Wendy’s membalas sebuah cuitan dari akun dengan username @carterjwm, yang meminta nugget gratis untuk setahun. Lalu, Wendy’s pun menjawab dengan nada bercanda, “18 juta retweet”. Mendadak, cuitan ini menjadi viral dan meraih 105 ribu retweet, dan 50 ribu likes. Cuitan viral ini pun lantas mendapatkan title sebagai ‘The Most Retweeted Tweet’ dari akun marketing resmi milik Twitter.
Melihat hegemoni yang begitu besar dari para audiens, Wendy’s pun melanjutkan aksi nyelenehnya ini dalam strategi marketing selanjutnya. Kali lain, Wendy’s melaksanakan campaign dengan menjawab cuitan haters dengan nada ‘elegan’.
Berawal dari cuitan seorang warga net yang mengatakan bahwa daging burger Wendy’s tidak fresh. Warga net tersebut juga membandingkan brand Wendy’s dengan sang kompetitor, yaitu Mc Donalds. Namun, Wendy’s tidak kehilangan akal. Dibanding menjawab dengan ‘sopan’ dan dalam template balasan yang standar, Wendy’s memilih untuk membalas cuitan tersebut dengan nada ‘savage’.
Balasan Wendy’s pun menuai reaksi warga net di berbagai platform media sosial, dan diangkat menjadi berita di media nasional Amerika Serikat. Strategi digital marketing ini juga berhasil meningkatkan followers secara organik sebanyak tiga ratus ribu dalam waktu enam bulan. Wendy’s juga berhasil mendapat rata-rata sepuluh ribu shares, dan tiga puluh ribu likes di setiap post-nya.
Adopsi Strategi Marketing dari Wendy’s
Melihat keberhasilan strategi marketing Wendy’s, brand-brand lain pun berbondong-bondong mengadopsi cara Wendy’s dalam meningkatkan engagement dan menarik atensi dari audiens.
Di Instagram misalnya, Burger King dan KFC misalnya, yang berusaha meningkatkan engagement di setiap postingan yang diunggah, dengan cara membuat caption unik atau menjawab pertanyaan audiens di kolom komentar dengan nada ramah, selayaknya sedang berbicara dengan teman sendiri.
Sebenarnya ada beberapa brand atau bahkan instansi pemerintahan yang mulai mengadopsi strategi ini. Seperti misalnya akun Instagram dan Twitter @ditjenpajakri yang gemar menyahuti postingan dan cuitan warga net yang terkait dengan perilaku taat pajak.
Contohnya saat salah satu akun penyuplai sepatu impor, dengan username @luckycatsply mengunggah postingan struk atm yang memamerkan tabungan dengan nominal fantastis. Di kolom komentar, @ditjenpajakri pun menyahut, “Oh, gitu.” Balasan dari @ditjenpajakri ini pun menuai reaksi heboh dari warga net lain.
Baru-baru ini, akun Twitter @UGMYogyakarta pun, melontarkan cuitan nyeleneh dalam sebuah postingan terkait prestasi UGM di kompetisi Formula Student Automotive Engineer di Jepang. Cuitan ini pun berhasil mencuri perhatian warga Twitter, dan berhasil meningkatkan angka retweet secara signifikan.
Strategi marketing Wendy’s yang nyeleneh dapat dikatakan berhasil mendongkrak nama brand, dan meningkatkan engagement. Namun ada beberapa yang harus diperhatikan, jika ingin mengadopsi tren ini sebagai strategi marketing brand Anda. Sekali lagi, media sosial adalah wajah dari sebuah brand. Apa yang diunggah dan apa yang berusaha dikomunikasikan kepada audiens, adalah identitas yang melekat pada sebuah brand. Untuk itu, jangan buru-buru untuk langsung mengadopsi strategi Wendy’s. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan sebelum akhirnya memutuskan, apakah aksi ‘nyeleneh’ ini feasible untuk diterapkan pada suatu brand
1. Pahami Tone Brand Anda
Jangan paksakan media sosial Anda untuk bernada ‘nyeleneh’ jika brand Anda tergolong dalam brand-brand dengan tone serius. Anda bisa tetap meningkatkan engagement dengan cara lain, yaitu dengan membuat konten menarik yang melibatkan product knowledge sebuah brand. Atau Anda juga bisa menggunakan jasa iklan di platform media sosial. Jika memang brand Anda punya tone yang elegan dan serius, tolong jangan bereksperimen membuat konten lelucon, karena apa yang Anda lakukan tidak akan nyambung dengan unggahan Anda yang lain. Hal ini justru akan membuat audiens bingung, di mana sebenarnya posisi brand Anda berada.
2. Buat Konten yang Beragam Namun Tetap Konsiten
Di Indonesia, kami menemukan beberapa contoh terbaik yang bisa dijadikan inspirasi bagi brand Anda. Di antaranya adalah akun Instagram @sehataqua (brand minuman Aqua) dan @mymilk_id (brand susu UHT Ultra). Keduanya memiliki konten beragam namun juga konsisten. Aqua menawarkan konten informatif tentang manfaat minum air mineral setiap hari. Sedangkan Ultra Milk lebih banyak memberikan informasi tentang manfaat susu dalam kehidupan sehari-sehari. Sebagai konten pelengkap, @sehataqua dan @mymilk_id menyajikan konten-konten lain seperti trivia dan resep makanan. Ragamnya konten yang disajikan tetap memvisualisasikan ‘tone’ yang sama, yaitu mengedepankan product knowledge masing-masing brand.
3. Jangan ‘Bercanda’ Terlalu Jauh
Brand sebesar Wendy’s pun masih menghadapi kritikan terkait cuitannya yang suka nyeleneh. Beberapa kali Wendy’s harus melontarkan permintaan maaf karena candaanya dianggap terlalu jauh. Jika brand sekelas Wendy’s saja tidak bisa selalu memenangkan hati warga net, apalagi brand Anda yang baru saja tumbuh? Untuk itu, memperhatikan sudah berapa besar brand Anda, menjadi poin yang juga penting. Untuk mengakalinya, Anda bisa memulai dengan menulis caption yang berkaitan dengan apa yang sedang menjadi tren, atau sekadar membalas setiap pertanyaan dan pernyataan audiens di kolom komentar.
Artikel ini diolah dari berbagai sumber:
https://marketeers.com/sektor-food-and-beverages-indonesia-jadi-pecontohan-industri-4-0/
https://www.deputy.com/blog/how-wendys-used-social-to-profit-64m-in-a-year
https://www.vml.com/our-work/wendys
https://news.ddtc.co.id/dapat-komentar-oh-gitu-dari-djp-toko-online-ini-sibuk-klarifikasi-15924